Rabu, 16 Oktober 2013

MARET



Di maret yang masih pucat
kusebut kembali namamu
sesuatu yang mungkin palsu

tentang apa yang datang lambat
lalu pergi dengan begitu cepat.

Di jeda alunan burdah
pada chorus lacrimosa
dan engkau bertahan

menihilkan sedih yang kata orang
sebuah sinonim dari kata Bahagia.

Lalu aku mencoba mendekat
menemui yang lebih liar dari
khayal lebih dalam daripada ingatan.

Dan kusebut kembali namamu
sesuatu yang mungkin tak palsu.



2013

Rabu, 01 Mei 2013

NARCISSUS


di atas perahu sesederhana ini
jika harus berkaca pada ombak
dan musnah oleh sayapmu
aku bersedia, Izrail kekasihku.

dalam aporia aku mencintaimu
sebab akulah lelaki itu dengan
kesempurnaan yang ambisius
yang larut dalam raut Firdaus.

pada alun beriak dan selalu labil ini
yang buruk bukan hanya air laut
atau pekat mori terhampar di langit
tapi juga halusinasi tentang maut

saat angin telah menjelma serimpi
seekor hiu hanya mampu pesimis
dan dari kejauhan kawanan paus
bersiap menghadapi hitam gerimis

tetapi tak sedikitpun aku takut,
kecuali pada tirus jarum arus
karena waktu selalu di luar waktu:
papan yang berkesan surealis itu.

dalam aporia aku mencintaimu
sebab akulah nacissus yang akan
sembunyi untuk mendustaimu
dalam labirin kabut simulakra.


Jember, 2013

Jumat, 08 Maret 2013

HOMO LUDENS

                                      : Sebuah Variasi


pada gelembung busa yang kautiup ke udara
kulihat semacam khayal tentang beribu dunia.

setengah curiga, akupun mulai bertanya:
“mungkinkah aku mengidap paranoia
atau memang mata ini terkena trakoma?”
lalu engkau mendekat dan berbisik kepadaku:

“di kota ini, sebenarnya kita telah mati
tetapi sekaligus dilahirkan kembali
berkali-kali, sampai tak ditemui garis ilusi.”

“mungkin manusia memang butuh tema
misalnya tentang karma yang tak lagi punya nama
ketika cemas tak lagi menemui batas

tapi bukankah kita telah menciptakan harapan
yang memang tak membutuhkan alasan
sebelum tiba-tiba kita merasa kehilangan?”

seseorang datang dan mulai bertanya:
“apakah nama lain dari kematian, tuan
saat maut enggan melepaskan sabitnya
bahkan membuangnya ke tengah laut?”

kau menjawab dengan nada yang gagap:
“manusia tak ada, Tuhan pun menunggu.
bahkan neraka pun mungkin akan mereda
ketika sorga mungkin jadi hal sederhana.

setelah itu hanya ada hening, hanya busa
yang perlahan mulai berpecahan di udara.


2013

Jumat, 04 Januari 2013

BALADA LAYLA

di pulau khayal,
pukau yang tak ada ini

bintang-bintang yang turun
seperti sebuah hijrah

jatuh, menyusun formasi
semacam repetisi vokal:

'O'

pada sebuah muka danau
sekejap lantas melenyap.

mungkin hujan juga dongeng di selatan,
di mana matahari tak lagi kelihatan

seperti ilusi maka hal kecil jadi labil
seperti hijau menghindari warna hitam

di mana yang minim jadi anonim
dan bahagia adalah hipotermia.

pada selimut aku seperti menemui maut
yang diterjemah igau selain warna gelap.

aku Sita, sisa pembakaran,
abu yang lupa dijemput api,
semisal engkau Rama
engkaulah ksatria sepi itu

tapi aku mencoba berdo'a
karena cinta telah kupilih.

lalu di plateau jeritmu terdengar pilu
oleh angin yang membawa paraumu kepadaku
karena panah tak pernah menjadikanmu dewa
ujungnya tak pernah menyantuh apa-apa.

andaikan engkau Sita, maka akulah Rahwana.



2013